BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Minggu, 15 Februari 2009

PEMIMPIN

Sedih! Begitu yang kurasakan langsung dengan situasiku tadi pagi. Sudahlah pula datang terlambat (Bosku yang lain), eee, langsung pula nyemprot. Ia katanya sudah bosan dengan situasi seperti ini. Semua orang seenak perutnya aja bekerja. Datang dan pergi suka-suka hati. Tak ada yang komit untuk mau bekerja keras. Bikin laporan pada malas. Tidak dilecut dulu seperti kerbau, pada tidak mau bekerja. Tanggal sudah dipertengahan bulan. Target masih jauh dari yang diharapkan. Sementara stock makin hari semakin menumpuk (aku ingat Bosku yang sok keminter satu lagi, bahwa ia bisa menjual stock, ada walaupun tak ada kami. Ya, buktikanlah! Jual-lah barang itu sendiri. Makan tu tebu sampai ke urat-uratnya. Biar langsung cepat jadi konglomerat sekalian!).Ceracau si Bos sudah kemana-mana (tiga orang bosku semuanya kayak gini, persis sama!). Hilang kendali. Mengaku tidak mau lagi jadi bumper. Mengaku tak mau lagi membantu yang dalam kesulitan. Kalian bisa seenaknya, saya juga bisa seenaknya. Mulai hari ini saya akan melaporkan kalian apa adanya (kami juga tidak minta ada apa-apanya kok). Situasi berat Kondisi sulit. Suka tidak suka, mau tidak mau, kalau kalian tidak mau berubah, kalian akan dilindas oleh jaman. Bulan depan akan ada perekrutan sales baru, tahu rasa kalian, kalian akan tergiling oleh orang-orang baru. Suka-suka kalian. Termasuk kalau mau jadi pengusaha jangan di sini. Main internet jangan di sini....Wow, si Bos seperti kesetanan mengata-ngatai orang.
***
Mario Teguh dalam acara Golden Way di Metro, minggu yang lalu topiknya tentang Standing by Me mengatakan (kurang lebih begini), kalau anda seorang pemimpin yang sopan santun, punya etika, mau menyukseskan orang lain, banyak memberi, banyak mendengarkan dari pada banyak omong, semua orang pasti akan berdiri di samping anda untuk sama-sama menghadapi krisis menuju kesuksesan. Tapi kalau anda sebaliknya, siapa yang sudi?
Pemimpin memang sudah seharusnya memimpin. Pemimpin yang Memimpin, Eileen Rahman & Sylvina Savitri (Kompas, Karier, Sabu, 14 Februari 2009, hal. 33). "The leaders have to lead". Nampaknya memang banyak kasus, di mana individu yang diharapkan memimpin sekedar melaksanakan tugas dan tidak menghadapi secara konfrontatif segala kompleksitas, ambiguitas, dan "unpredictabilities", di samping tentu saja harus me-manage timnya. Pemimpin dipilih justru bukan karena ia bertugas menjalankan tugas yang manis-manis. Yang pasti pemimpin diharapkan menjadi tokoh yang selalu "be there" kalau ada kesulitan dan menyediakan solusi. Tidak berfokus dan berkutat pada masalah, tapi justru harus berfokus pada solusi.
Sebagusnya memang pemimpin itu tidak hanya pandai berteriak saja. Tidak hanya duduk di belakang meja. Ia seharusnya to be great, bukan hanya to be good saja. Dan untuk menjadi besar bukan hanya pintar, atau kemujuran semata, tetapi juga dibarengi dengan mempunyai sikap mental dan nilai-nilai yang lebih, dan mulia tentunya.
Dan saya sekarang ini mempunyai pemimpin yang pandainya hanya berteriak saja. Dan faktanya, ia memang tak berteman!

0 komentar: